Sabtu, 16 Februari 2019

Curhatnya Bunda : Mutasi ke Pemkot (Pemerintah Kota) Bogor

Bismillah...

Mengawali blog di tahun 2019, mau curhat sedikit tentang keputusan saya pindah instansi/ pindah kerja dari Pusdiklat Perdagangan ke Pemkot (Pemerintah Kota) Bogor.
Alasannya klise, cuma ingin punya kantor dekat dengan rumah, agar lebih nyaman dan punya lebih banyak waktu dengan anak-anak, amiin.

Berawal dari tahun 2014,
kami (saya dan suami) memutuskan untuk mencari rumah di Bogor. Setelah melewati perdebatan panjang karena rumahnya belum ada yang cocok waktu itu, akhirnya memutuskan untuk tinggal di Bogor dengan alasan dekat dengan sekolah-sekolah anak agar nantinya mereka bisa mendapatkan sekolah yang terbaik dengan sistem zonasi.
Akhirnya pertengahan tahun 2014 pindah ke Bogor. Setiap hari Bogor-Sawangan PP. Di awal memutuskan punya rumah di Bogor pun, sempat terbersit suatu saat nanti, saya ingin bekerja dekat rumah, jadi sudah terpikir untuk pindah ke Bogor. Tapi belum tau kapan.

Tahun pertama saya masih semangat setiap hari menyetir mobil kurang lebih 1 jam lamanya dengan jarak tempuh rumah - kantor kurang lebih 26 km. Bahkan di tahun 2015, saya hamil anak kedua pun masih bisa menyetir sendiri hingga umur kehamilan 37 minggu.

Di tahun 2016, anak kedua lahir.
Sebagai ibu bekerja, pasti sudah harus stock asi. (Mungkin) karena lelahnya di perjalanan dan gangguan stress, hasil pumping saya semakin menipis. Bahkan di awal 6 bulan Adip, sudah kejar tayang :(
Sedih banget kalau inget. Syukur Alhamdulillah masih bisa eksklusif 6 bulan pertama.
Sejak saat itu, yang ada di pikiran saya, saya ingin pindah kantor lebih dekat dengan rumah. Bagaimanapun caranya.

Di tahun 2016 itu, dengan semangat saya mencoba memberanikan diri bertanya dari Pusdiklat / Balai / Badan Diklat yang ada di Bogor.
Saya masih ingin pindah kantor yang sesuai dengan jabatan saya, sesuai dengan pekerjaan saya, dan pastinya harus setara Kementerian. -Sok- idealis.
Karena belum ada yang bisa menerima, entah karena memang tidak ada jabatan yang kosong atau karena saya tidak punya kenalan di kantor tersebut, "lamaran" saya selalu ditolak. Meskipun saya belum pernah sekalipun berkirim surat, hanya menanyakan secara lisan.

Di tahun 2017, keinginan saya untuk pindah menguap begitu saja.
Karena belum menemukan "kantor" yang cocok dengan saya. Juga karena terlalu nyamannya kantor, dengan suasana dan rekan-rekan maupun atasan.
Bagaimana tidak? Di saat semuanya dipusingkan dengan potongan-potongan tunjangan dan surat teguran karena keterlambatan, saya enjoy dengan datang siang dan pulang lebih awal. Seriously. Saking nyamannya, saya lupa dengan keinginan pindah saya.

Di tahun 2018, Kementerian dengan segala peraturan kehadiran dan absensi yang semakin ketat, surat teguran hingga ijin 1 hari dipotong cuti tahunan (tidak boleh tidak masuk kantor dengan alasan ijin), maka keinginan saya pindah kembali muncul.
Anak dua, yang satu sudah kelas 1 SD yang satu hampir berumur 3 tahun.
Saya ga mungkin pulang lebih awal lagi karena ada surat teguran, tapi saya juga tidak mungkin pulang tepat waktu karena semakin telat pulang semakin lambat saya sampai di rumah bahkan sudah petang baru sampai rumah.

Dan saya ingin pindah kerja.
Mulai lah lagi saya mencari "kantor" yang mau menerima saya.
Karena saya sadar diri, saya tidak se-idealis dulu. 
Saya hanya ingin pindah ke kantor yanglebih dekat dengan rumah, lebih terjangkau dan tidak memakan waktu lama di perjalanan.

Akhirnya saya memutuskan pindah ke Pemkot Bogor.
Beberapa kantor Dinas pun saya datangi hanya untuk memastikan ada "lowongan".
Alhamdulillah pihak Pemkot (dalam hal ini BKPSDA yang waktu itu kantornya ada di Balai Kota Bogor) memberikan kesempatan dan menerima dengan baik kepindahan saya.

Hingga saat saya menulis ini, sudah 70% proses terlewati. Tahap di Pemkot dan Kementerian sudah lolos. Tinggal ke BKD dan BKN Regional. Doakan semoga lancar ya!! :)

Foto di tahun 2018 depan Balai Kota Bogor. Dulu awal proses suka bolak-balik ke sini :')