Selasa, 18 Juni 2019

Persyaratan mutasi / pindah Pemkot (Bogor)

Buat ibu-ibu yang mau pindah ke Pemkot / Pemda, mungkin informasi ini bisa sedikit membantu ya.. Saya bold ibu-ibu soalnya biasanya yang mau pindah ke Pemkot itu para working mom yang pindah dengan alasan mengikuti suami atau ingin lebih deket dari rumah :)


Berikut hal-hal penting yang mesti dipersiapkan jika kita (udah yakin) mau pindah ;) 

1. Sebelum menyiapkan berkas-berkas, sebaiknya pastikan dulu ke Pemkot atau ke Dinas yang akan dituju bahwa di kantor tersebut memang ada jabatan yang kosong. Bisa dibilang, kulo nuwun dulu yaa.. Lebih enak lagi kalau udah ada kenalan di sana :D

Kalau dulu saya survey ke beberapa dinas di Kota Bogor yang berkaitan dengan pendidikan (pariwisata) saya juga jabatan saya sekarang tentang kepegawaian (phlis, gausah ditanya nyambungnya dimana haha). Dari survey tersebut, kita bisa memastikan bahwa kepada siapa kita bisa tanya-tanya lebih lanjut tentang proses pindahnya. Ternyata di jaman sekarang ga bisa langsung proses ke Dinas yang diingini, tapi terpusat di kantor yang mengurusi kepegawaian di Pemkot tersebut. 

Kalau saya diarahkannya ke Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Aparatur (BKPSDA) Kota Bogor atau yang familiar di telinga kita dulu itu BKD (Badan Kepegawaian Daerah) hanya di tiap kota / kabupaten namanya berbeda-beda.

Langsung ya cuss survey BKD di tempat yang akan dituju dimana dan tanya persyaratannya apa aja ya...


2. Siapkan persyaratannya :)

Nah kalau ke Pemkot Bogor, berkas awal yang harus disiapkan adalah :


  • Surat keterangan dari pimpinan / Eselon II perihal tidak pernah dijatuhi hukuman, tidak sedang melakukan proses perceraian, dan tidak sedang dalam masa tugas belajar.
  • Surat keterangan dari bendahara gaji bahwa tidak ada masalah dalam hal keuangan.
  • Fotocopy SK CPNS, PNS dan Pangkat Terakhir di legalisir.
  • Fotocopy ijazah terakhir dan nilai transkrip legalisir yang berwenang.
  • Surat permohonan pindah ke Pemkot yang ditujukan kepada Walikota atas nama pribadi.
  • Fotocopy Kartu Pegawai legalisir.
  • Surat ijin mengikuti ujian psikotes mutasi Pemkot dari atasan langsung.


3. Setelah berkas-berkasnya dirasa lengkap, langsung dibuat 2 rangkap. Satu untuk BKPSDA, satu nya lagi ditujukan ke Sekretariat Wali Kota. 
Jangan lupa, berkasnya diserahkan langsung ya kepada yang dituju. Bukan lewat Pos atau kurir. Ini agar memastikan bahwa berkasnya sudah sampai ke pihak yang bersangkutan.
Setelah itu, menunggu jadwal panggilan psikotes ;)
 

4. Psikotes (dan mungkin di beberapa daerah ada yang sekaligus wawancara) 

Kebetulan proses saya hanya psikotes, tidak ada wawancara.
Psikotes nya berlangsung dari pagi hingga sore. Psikotes nya lengkap. Mulai dari tes logika penalaran, menggambar hingga tes menghitung (Pauli).

5. Setelah hasil psikotes keluar

Kalau saya waktu itu kurang lebih 1 (satu) bulan nunggu hasil psikotesnya keluar. 
Nantinya, surat lulus psikotesnya itu dalam bentuk Surat Persetujuan Pindah Pemkot Bogor yang dikeluarkan oleh Pemkot Bogor.
Nah, setelah ada surat persetujuan Pemkot tersebut, lengkapi berkas lagi untuk ke BKD Provinsi dan BKN Regional Jawa Barat.

6. Melengkapi berkas-berkas (lagi)

Karena ditujukannya 2, jadi dibuat 2 rangkap legalisir. Kurang lebih persyaratannya sama dengan persyaratan awal, hanya ditambah Surat Persetujuan Pindah dari Kementerian / instansi asal. Berarti harus lewat unit pembina kepegawaiannya ya.. kalau di Kementerian perdagangan koordinasinya dengan Biro Organisasi dan kepegawaian. Prosesnya juga kebetulan cepet banget. Kurang lebih 10 hari kerja (cepet loh inii, kirain sampe berbulan-bulan harus ditanya mulu tiap hari :D )

Setelah seluruh berkas dibuat 2 rangkap dan legalisir, saatnya ke BKPSDA nya agar segera diproses oleh mereka :)

Iya, saya proses nya hanya ke BKPSDA Bogor, sedangkan yang mengurusi ke BKD Provinsi dan BKN Regional yang notabene lokasinya ada di Bandung, itu pegawai dari BKPSDA nya. 

7. Setelah berkas masuk BKPSDA, tinggal tunggu SK!

Waktunya cuman 2-3 bulan, cepet ya? :)
Yang bikin lama kayanya waktu ngambil SK nya ke Bandung. Hehe. Soalnya antara tanggal SK dan SK bisa ditangan itu lumayan lama. Karena harus dibuat Surat Penugasan dari BKPSDA yang menyatakan bahwa kita ditugaskan di dinas mana. Nah, disini baru ketauan deh kita ditempatinnya dimana ;)

Seluruh proses itu saya jalani dari bulan Agustus 2018 hingga turun SK di tangan akhir Mei 2019. Yah kurang lebih 10 bulan.

Cepet kaaan..?

Saya kasih tips nya yah untuk mutasi ini, yang penting mah NIAT! Hihihi.

Niat bener-bener mau pindah, jadi ngejalaninya juga gampang dan diberi kelancaran. Selain berusaha, ga lupa berdoa yah. Agar diberi kemudahan segalanya. Aamiin.

Btw, saya berniat mutasi ini sudah dari tahun 2016 dan baru berani saya eksekusi di pertengahan tahun 2018 :D Simak ceritanya di sini kalau berkenan yaaa ;)


Oke buibu, jadi udah manteb mutasi belum niih.. ;)

Sabtu, 16 Februari 2019

Curhatnya Bunda : Mutasi ke Pemkot (Pemerintah Kota) Bogor

Bismillah...

Mengawali blog di tahun 2019, mau curhat sedikit tentang keputusan saya pindah instansi/ pindah kerja dari Pusdiklat Perdagangan ke Pemkot (Pemerintah Kota) Bogor.
Alasannya klise, cuma ingin punya kantor dekat dengan rumah, agar lebih nyaman dan punya lebih banyak waktu dengan anak-anak, amiin.

Berawal dari tahun 2014,
kami (saya dan suami) memutuskan untuk mencari rumah di Bogor. Setelah melewati perdebatan panjang karena rumahnya belum ada yang cocok waktu itu, akhirnya memutuskan untuk tinggal di Bogor dengan alasan dekat dengan sekolah-sekolah anak agar nantinya mereka bisa mendapatkan sekolah yang terbaik dengan sistem zonasi.
Akhirnya pertengahan tahun 2014 pindah ke Bogor. Setiap hari Bogor-Sawangan PP. Di awal memutuskan punya rumah di Bogor pun, sempat terbersit suatu saat nanti, saya ingin bekerja dekat rumah, jadi sudah terpikir untuk pindah ke Bogor. Tapi belum tau kapan.

Tahun pertama saya masih semangat setiap hari menyetir mobil kurang lebih 1 jam lamanya dengan jarak tempuh rumah - kantor kurang lebih 26 km. Bahkan di tahun 2015, saya hamil anak kedua pun masih bisa menyetir sendiri hingga umur kehamilan 37 minggu.

Di tahun 2016, anak kedua lahir.
Sebagai ibu bekerja, pasti sudah harus stock asi. (Mungkin) karena lelahnya di perjalanan dan gangguan stress, hasil pumping saya semakin menipis. Bahkan di awal 6 bulan Adip, sudah kejar tayang :(
Sedih banget kalau inget. Syukur Alhamdulillah masih bisa eksklusif 6 bulan pertama.
Sejak saat itu, yang ada di pikiran saya, saya ingin pindah kantor lebih dekat dengan rumah. Bagaimanapun caranya.

Di tahun 2016 itu, dengan semangat saya mencoba memberanikan diri bertanya dari Pusdiklat / Balai / Badan Diklat yang ada di Bogor.
Saya masih ingin pindah kantor yang sesuai dengan jabatan saya, sesuai dengan pekerjaan saya, dan pastinya harus setara Kementerian. -Sok- idealis.
Karena belum ada yang bisa menerima, entah karena memang tidak ada jabatan yang kosong atau karena saya tidak punya kenalan di kantor tersebut, "lamaran" saya selalu ditolak. Meskipun saya belum pernah sekalipun berkirim surat, hanya menanyakan secara lisan.

Di tahun 2017, keinginan saya untuk pindah menguap begitu saja.
Karena belum menemukan "kantor" yang cocok dengan saya. Juga karena terlalu nyamannya kantor, dengan suasana dan rekan-rekan maupun atasan.
Bagaimana tidak? Di saat semuanya dipusingkan dengan potongan-potongan tunjangan dan surat teguran karena keterlambatan, saya enjoy dengan datang siang dan pulang lebih awal. Seriously. Saking nyamannya, saya lupa dengan keinginan pindah saya.

Di tahun 2018, Kementerian dengan segala peraturan kehadiran dan absensi yang semakin ketat, surat teguran hingga ijin 1 hari dipotong cuti tahunan (tidak boleh tidak masuk kantor dengan alasan ijin), maka keinginan saya pindah kembali muncul.
Anak dua, yang satu sudah kelas 1 SD yang satu hampir berumur 3 tahun.
Saya ga mungkin pulang lebih awal lagi karena ada surat teguran, tapi saya juga tidak mungkin pulang tepat waktu karena semakin telat pulang semakin lambat saya sampai di rumah bahkan sudah petang baru sampai rumah.

Dan saya ingin pindah kerja.
Mulai lah lagi saya mencari "kantor" yang mau menerima saya.
Karena saya sadar diri, saya tidak se-idealis dulu. 
Saya hanya ingin pindah ke kantor yanglebih dekat dengan rumah, lebih terjangkau dan tidak memakan waktu lama di perjalanan.

Akhirnya saya memutuskan pindah ke Pemkot Bogor.
Beberapa kantor Dinas pun saya datangi hanya untuk memastikan ada "lowongan".
Alhamdulillah pihak Pemkot (dalam hal ini BKPSDA yang waktu itu kantornya ada di Balai Kota Bogor) memberikan kesempatan dan menerima dengan baik kepindahan saya.

Hingga saat saya menulis ini, sudah 70% proses terlewati. Tahap di Pemkot dan Kementerian sudah lolos. Tinggal ke BKD dan BKN Regional. Doakan semoga lancar ya!! :)

Foto di tahun 2018 depan Balai Kota Bogor. Dulu awal proses suka bolak-balik ke sini :')